ADAB KETIKA SAKIT
Para
pembaca rahimakumullah, dunia merupakan kehidupan yang penuh dengan
ujian. Beragam ujian akan dirasakan oleh setiap insan, baik berupa kesenangan
ataupun kesedihan.
Allah l
menegaskan dalam firmanNya; ”Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah
kalian dikembalikan.”
(al
Anbiya: 35)
Semua itu Allah l takdirkan dalam rangka untuk mengetahui siapa diantara
hamba-hambaNya yang jujur dalam keimanannya.Siapa pula diantara mereka yang
bersabar, bersyukur dan terbaik amalannya.
SAKIT
BAGIAN DARI UJIAN
Para pembaca rahimakumullah,
sakit merupakan salah satu ujian dari jenis kesedihan dan kesusahan.Seseorang
yang sakit telah dicabut darinya sebuah nikmat yang besar yaitu nikmat
kesehatan.Dia baru menyadari nikmatnya sehat ketika rasa sakit telah
menghinggapi dirinya. Demikianlah keadaaan mayoritas kita, tidak menyadari
betapa penting dan besarnya nikmat
kesehatan, kebanyakan justru melalaikannya, padahal Rasulullah ` telah mengingatkan:
”Ada dua nikmat yang kebanyakan orang
lalai darinya, yaitu nikmat kesehatan dan waktu luang.”(HR. Al-Bukhari)
Namun ketahuilah bahwa sakit yang
menimpa seseorang bisa berbuah kebaikan dan bisa berbuah kejelekan. Baginda
Nabi `
bersabda :
”Sesungguhnya besarnya pahala sesuai
dengan besarnya ujian. Sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum pasti akan
menguji mereka. Barangsiapa ridha dengan ujian tersebut maka baginya
keridhaanNya. Namun barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaanNya pula."
(HR.At
Tirmidzi dan Ibn Majah).
ADAB-ADAB KETIKA SAKIT
Para pembaca rahimakumullah,
agama Islam merupakan agama yang penuh dengan hikmah. Berbagai cara dan jalan
agar seorang hamba senantiasa menggali pahala telah dijelaskan dalam syariat
ini, kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun keadaan hamba.
Demikian pula ketika seseorang sedang
mengalami sakit, maka syariat yang sempurna ini telah memberikan rambu-rambu
dan adab-adab untuknya agar tetap bisa menghambakan dirinya kepada sang Khalik.
Diantara adab-adab tersebut adalah:
1. Hendaknya
ridha dan bersabar atas sakit yang dideritanya, semua itu tidak lain merupakan
ketentuan dan takdir yang telah ditetapkan Allah l
baginya.
Rasulullah `
bersabda; “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin.Sesungguhnya semua
keadaannya baik baginya, dan tidaklah keadaan ini dimiliki kecuali oleh seorang
mukmin.Apabila kesenangan dia dapatkan, dia bersyukur, maka hal itu kebaikan
baginya.Apabila kesusahan menimpanya, dia bersabar, maka hal itu juga kebaikan
baginya.”
(HR.
Muslim)
Beliau `
juga bersabda, Allah l berfirman dalam hadist Qudsi “Aku
sesuai dengan sangkaan hambaKu terhadapKu.”
(HR.
Ahmad dan Ibnu Hibban).
Maka hendaknya dia senantiasa berbaik
sangka kepada Allah l dengan mengharap rahmat dan ampunan
atas dosa-dosanya.
2. Wajib baginya untuk tetap melaksanakan hal-hal
yang diwajibkanAllah l atasnya, seperti kewajiban shalat 5
waktu dan yang lainnya. Jangan menganggap bahwa sakitnya merupakan suatu uzur
(halangan) baginya untuk meninggalkan shalat.Shalat tetap wajib dilaksanakan
sesuai dengan kemampuannya.
Suatu
hari sahabat Imran bin Husain a bertanya kepada Rasulullah ` tentang tata cara shalat baginya yang ketika itu dia sedang
menderita sakit ambeien.
Maka beliau `
bersabda; “Shalatlah dengan cara berdiri. Jika tidak mampu maka
duduklah.Jika tidak mampu pula maka berbaringlah di atas rusuk (miring).Jika
tetap tidak mampu maka telentanglah."(HR. al Bukhari dan an Nasai).
3. Memperbanyak
dzikir dan doa kepada Allah l serta tidak berputus asa dari
rahmatNya, karena sesungguhnya segala penyakit itu ada obatnya, kecuali tua dan
kematian.
Rasulullah ` bersabda; “Sesungguhnya doa itu bermanfaat
untuk mengatasi apa yang telah menimpa dan yang belum menimpa. Maka berdoalah
wahai hamba-hamba Allah."(HR. at Tirmidzi).
4. Menumbuhkan
rasa takut akan azab Allah l dan harapan untuk mendapatkan
rahmatNya. Sahabat Anas bin Malik a bercerita; “Suatu hari nabi menemui
seorang pemuda yang sedang menghadapi kematian. Beliau berkata; “Bagaimana keadaanmu?
Dia menjawab; “Demi Allah ya
Rasulullah sungguh aku berharap (rahmat) Allah dan aku takut akan dosa-dosaku.”
Maka kemudian Rasulullah ` bersabda;
“Tidaklah dua sifat ini berada pada
hati seorang hamba ketika keadaannya seperti ini, melainkan Allah akan
memberikan apa yang dia harapkan dan memberikan keamanan atas apa yang dia
takutkan.”(HR. at Tirmidzi dan Ibn Majah)
5. Jika
memang dibutuhkan untuk berobat maka berobatlah
dengan cara-cara yang syar’i. Jangan sampai melampaui batasan-batasan
syariat dalam berobat, seperti mendatangi ‘orang pintar’, dukun dan semisalnya,
mengkonsumsi makanan yang diharamkan. Rasulullah `
bersabda;
“Barangsiapa yang mendatangi tukang
ramal atau dukun kemudian membenarkan berita yang dikatakannya maka dia telah
kafir terhadap syari’at yang diturunkan kepada Muhammad."
(HR.
Abu Daud, at Tirmidzi dan Ibn Majah dari sahabat Abu Hurairah a).
Termasuk perkara yang penting untuk
diperhatikan ketika dia sedang berobat, janganlah menyandarkan dan menggantungkan
kesembuhannya kepada obat tersebut atau dokter yang memberikan terapi. Wajib
baginya untuk bertawakal dan menyandarkan secara penuh kepada Allah l, karena Dialah Dzat
satu-satunya yang mampu menyembuhkan.
Allah l menyebutkan ucapan nabi Ibrahimp:
”Dan apabila aku sakit maka Dialah yang menyembuhkanku.”(as Syu’ara : 80).
6. Tidak
boleh baginya mengharapkan kematian walaupun sakitnya bertambah parah.
Rasulullah ` bersabda;
“Janganlah salah seorang dari kalian
mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya. Jika memang harus
melakukannya, maka hendaknya dia berdoa:
“Ya Allah, hidupkanlah aku bila kehidupan itu lebih baik
bagiku dan wafatkanlah aku bila kematian itu lebih baik bagiku.”(Muttafaqun ‘alaih dari sahabat Anas bin
Malik a)
7. Apabila
ada hak orang lain yang belum dia penuhi maka hendaklah segera diselesaikan
jika dia mampu. Jika tidak mampu, hendaknya mewasiatkannya kepada keluarganya
untuk menyelesaikannya.
Rasulullah `bersabda
;“Barangsiapa berbuat kezaliman terhadap saudaranya, baik pada harga dirinya
atau hartanya, hendaknya diselesaikan sebelum datangnya hari kiamat yang tidak
berguna dinar maupun dirham. Apabila dia memiliki amal shalih, akan diambil
darinya sesuai kadar kezalimannya lalu diberikan kepada yang dizaliminya.
Apabila dia tidak memiliki kebaikan-kebaikan, akan diambil dari kejelekan orang
yang dizalimi lalu dipikulkan kepadanya.” (HR. al Bukhari dari sahabat Abu
Hurairah t)
8. Berwasiat
kepada keluarga agar jika ajal menjemputnya untuk melakukan prosesi pengurusan
jenazahnya sesuai dengan prosesi yang telah diajarkan Rasulullah `.
Dahulu para sahabat sangat menekankan
kepada keluarganya untuk mengurus jenazahnya sesuai dengan petunjuk Nabi `. Adalah Saad bin Abi Waqqas
a ketika menjelang wafatnya berwasiat
kepada putranya;
“Buatlah liang lahat untukku, dan
tegakkanlah atasku bata sebagaimana dilakukan demikian kepada Rasulullah`.” (HR. Muslim).
Demikian pula sahabat Abu Musa a berkata saat dirasa ajal mendekat
padanya;
“Apabila kalian berangkat membawa
jenazahku maka cepatlah dalam berjalan. Jangan mengikutkan (jenazahku) dengan
bara api. Sungguh jangan kalian membuat sesuatu yang akan menghalangiku dengan
tanah. Janganlah membuat bangunan di atas kuburku. Aku mempersaksikan kepada
kalian bahwa aku berlepas diri dari
al-haliqah (wanita yang mencukur gundul rambutnya karena tertimpa musibah),
as-saliqah (wanita yang menjerit karena tertimpa musibah), dan al-khariqah
(wanita yang merobek-robek pakaiannya karena tertimpa musibah).” Mereka
bertanya:
“Apakah engkau
mendengar dari Nabi ` tentang hal itu?” Dia menjawab: “Ya,
dari Rasulullah `.”(HR. Ahmad dan yang lainnya).
NASEHAT BAGI KELUARGA SI SAKIT
Para pembaca rahimakumullah,
tentu suatu kesedihan bagi keluarga atau kerabat yang mendapati salah satu
anggota keluarganya sakit atau tertimpa musibah.Ini adalah suatu hal yang
lumrah.Namun meskipun sedang bersedih, hendaknya tetap menjaga batasan-batasan
syariat sehingga kesedihannya tidak berbuah kejelekan, dan inilah yang
seharusnya kita lakukan.
Maka disini ada beberapa nasehat yang
ingin kami sampaikan kepada keluarga dan kerabat si sakit, diantaranya:
1. Meyakini
bahwa apa yang menimpa salah satu anggota keluarganya merupakan takdir yang
telah ditentukan dan dikehendaki oleh Allah l.
Allah l berfirman;
"Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang
kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa beriman kepada Allah niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."(QS. at Taghabun : 11)
Demikian pula jangan iringi kesedihan
tersebut dengan penyesalan dengan mengucapkan “Duhai seandainya aku
melakukan ini dan itu, tentunya dia tidak akan sakit seperti ini” atau
ucapan semisalnya, karena yang demikian ini dilarang oleh Rasulullah `.
Beliau `
bersabda; “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
ketimbang mukmin yang lemah.Namun pada masing-masingnya ada
kebaikan.Bersemangatlah engkau terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan
mintalah tolong kepada Allah serta janganlah lemah. Jika suatu musibah
menimpamu maka janganlah engkau berucap "Duhai seandainya aku melakukan
ini dan itu" akan tetapi katakanlah :
Semua ini telah ditakdirkan Allah dan apa yang Dia kehendaki
niscaya akan dilakukan, karena berandai-andai akan membuka pintu setan."
(HR. Muslim).
2. Ketahuilah bahwa musibah dan cobaan
yang sedang dirasakan sangatlah ringan jika dibandingkan dengan ujian yang
dirasakan orang-orang sebelum kita, dan semua itu merupakan tanda bahwa Allah l menginginkan kebaikan pada kita.
Rasulullah `
pernah ditanya siapa orang yang paling berat cobaannya, beliau bersabda, "Para
Nabi kemudian yang semisal dengan mereka kemudian yang semisal. Seseorang akan
diuji sesuai dengan keimanannya, kalau imannya kuat maka akan semakin berat
ujiannya, dan kalau imannya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan kadar
keimanannya tersebut. Ujian akan senantiasa menimpa seorang hamba hingga tidak
punya dosa lagi di dunia ini."(HR. at Tirmidzi dan Ibn Majah dari
sahabat Abu Mush’ab t).
Nabi `
bersabda; “Barangsiapa yang Allah l
kehendaki kebaikan, maka Allah timpakan musibah kepadanya.“
(HR.
al Bukhari).
3. Bersabar dan berharap pahala serta
yakinlah bahwa semua kesusahan akan ada jalan keluarnya.
Rasulullah ` bersabda;
“Sesungguhnya pertolongan datang
bersama kesabaran, jalan keluar bersama kesempitan, kesusahan akan berakhir
dengan kemudahan.”
(HR.
al Khatib dan ad Dailami).
4. Bantu
dan ingatkan si sakit untuk tetap bersabar, berdoa, bertawakal dan tetap
mengerjakan ibadah-ibadah terkhusus yang wajib seperti berthaharah (bersuci), shalat dan yang
lainnya.
5. Jika
Allah l takdirkan untuk memanggil si sakit
(wafat) maka bersabar, berdoa dan berharaplah pahala.
Rasulullah
` bersabda;
”Tidak ada
seorang hamba pun yang apabila ditimpa musibah kemudian dia mengucapkan;
"Sesungguhnya
kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya, ya Allah
berikanlah pahala bagiku karena musibah ini dan gantilah untukku dengan yang
lebih baik, niscaya Allah akan memberikan pahala karena musibah tersebut dan menggantinya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim).
Rasulullah `
bersabda; ”Tidak ada balasan bagi seorang mukmin di sisiKu apabila Aku
mengambil orang yang disayanginya di dunia ini kemudian dia berharap pahala
dariKu melainkan surga.” (HR. al Bukhari).
Apabila yang meninggal adalah anak
kecil, maka ingatlah sabda baginda Rasul `
berikut;
“Tidak satu pun diantara kalian yang
ditinggal (wafat) oleh tiga orang anaknya kemudian dia berharap pahala
melainkan dia akan masuk surga.” Lalu ada yang bertanya; “ atau dua orang ya
Rasulullah?” Beliau ` menjawab; “ atau dua orang.“ (HR. Muslim)
Sabda Beliau ` yang lain;
“Demi jiwaku yang berada di
tanganNya, sesungguhnya seorang anak yang meninggal karena keguguran akan
menarik ibunya dengan tali pusarnya ke dalam surga apabila ibu tadi berharap
pahala (dengan musibah tersebut).”
(HR.
Ibn Majah).
Demikian pula jangan lupa untuk menunaikan
wasiat yang diwasiatkan oleh si sakit sebelum meninggal selama wasiat tersebut
mengandung kebaikan.
6. Hendaknya senantiasa menjadikan
sunnah Nabi ` sebagai bimbingan ketika sedang
melayani si sakit, baik ketika sedang berada di sisi si sakit, ketika sedang
sakaratul maut, ketika hendak dikuburkan dan bahkan setelah dikuburkan serta
hari-hari berikutnya.
7. Terkhusus ketika si sakit mengalami
sakaratul maut maka bagi yang ada di sisinya hendaknya
menalqinkan/memerintahkannya untuk mengucapkan LA ILAHA ILLALLAH.
Berdasarkan sabda Rasulullah `, talqinkanlah kepada orang yang menjelang kematiannya
kalimat LA ILAHA ILLALLAH. Barangsiapa yang akhir ucapannya, LA ILAHA ILLALLAH,
maka dia akan masuk surga...( HR. Muslim )
Menalqin tidak cukup dengan memperdengarkannya
tapi dengan memerintahkan untuk mengucapkannya.
Allahu a’lam bish shawab.
ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT
Para pembaca rahimakumullah,
Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur dan memberikan bimbingan
dalam masalah menjenguk orang sakit. Bahkan permasalahan ini dijadikan sebagai
salah satu hak seorang muslim atas muslim lainnya, sebagaimana yang dijelaskan
dalam hadist-hadist Nabi `.
Karena tentunya suatu kebahagiaan
tersendiri bagi orang yang sedang sakit jika ada saudara
atau kerabat yang menjenguknya, sehingga akan semakin erat dan kuatlah tali
persaudaraan antar mereka.
KEUTAMAAN MENJENGUK ORANG
SAKIT
Rasulullah `
telah menyebutkan beberapa keutamaan menjenguk orang yang sakit. Diantaranya
adalah;
1. Sabda
beliau `, ”Sesungguhnya seorang muslim jika
menjenguk muslim yang lain maka dia senantiasa berada di khurfatul jannah
sampai dia pulang. Lalu ditanyakan kepada beliau.“ Wahai Rasulullah apa
khurfatul jannah itu?
Beliau bersabda, “Memetik buah-buahan di
surga.”(HR. Muslim)
2. Sabda
Beliau `, “Tidaklah seorang muslim menjenguk
muslim yang lain pada pagi hari melainkan 70.000 malaikat akan bershalawat (memohonkan
ampunan) baginya sampai sore hari. Jika menjenguk pada sore hari maka 70.000
malaikat akan bershalawat baginya sampai pagi hari. Dia pun berhak untuk
memiliki buah-buahan yang dipetik di surga.”(HR. at Tirmidzi).
BEBERAPA ADAB KETIKA
MENJENGUK ORANG SAKIT
Ada beberapa adab dan bimbingan yang
penting untuk diperhatikan bagi orang yang hendak menjenguk orang yang sedang
sakit. Diantaranya adalah:
1. Hendaknya
dia niatkan amalan tersebut ikhlash karena Allah l dan
dalam rangka mencontoh Nabi ` bukan untuk suatu tujuan
dari tujuan-tujuan dunia.
2. Bermaksud
dalam menjenguknya untuk memberikan kebaikan dan kebahagiaan kepada orang yang
sedang sakit, karena sesungguhnya orang yang sakit akan merasa senang dan
bahagia jika dijenguk.
3. Alangkah
baiknya menggunakan kesempatan menjenguk tersebut untuk memberikan wejangan
kepada si sakit tentang hal-hal yang bermanfaat, seperti mengingatkan untuk
bersabar, bertaubat dan beristighfar serta menyelesaikan hak-hak orang yang
belum dia penuhi. Jangan memberitakan atau menyampaikan berita-berita atau yang
lainnya dari hal-hal yang dapat menambah beban si sakit.
4. Jangan
lupa mendoakannya, diantara doa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah `
adalah:
Tidak
mengapa, baik Insya Allah (HR. al Bukhari : 3616)
Juga Beliau `
bersabda, “Barangsipa menjenguk orang sakit yang belum tiba ajalnya,
tidaklah dia berdoa dengan doa ini 7 kali
“Aku
memohon kepada Allah Dzat Yang Maha Agung Rabb (Pencipta dan Pengatur) ‘Asy
yang agung untuk menyembuhkanmu.” Kecuali Allah akan
menyembuhkan si sakit dari penyakitnya (HR. Abu Dawud)
5. Tidak
mengapa untuk membawa sesuatu untuk dihadiahkan kepada si sakit, karena dengan
hadiah akan tumbuh dan bertambah eratlah tali persaudaraan dan kasih sayang.
Rasulullah `bersabda
:“Saling memberikan hadiahlah diantara kalian maka pasti kalian akan saling
mencintai.”(HR. al Bukhari dalam Adabul Mufrad).
6. Sebaiknya
tidak berkunjung atau menjenguk di waktu-waktu yang justru mengganggu si sakit,
seperti waktu-waktu tidur atau istirahat.
7. Hendaknya
mengajarkan hal-hal yang belum diketahui oleh orang yang sakit, seperti tata
cata bersuci dan shalat bagi yang sedang sakit dan yang lainnya. Namun tentunya
jika si penjenguk memiliki ilmu tentang hal tersebut.Jika tidak maka hendaknya
bertanya kepada yang mengetahuinya.
8. Lihatlah
bagaimana keadaan si sakit. Jika si sakit merasa senang bila dia berlama-lama di sisinya maka
hendaknya tidak segera pulang demi memberikan kebahagiaan kepada si sakit.
Namun jika sebaliknya, si sakit merasa gelisah dan susah dengan keberadaan dia
maka hendaknya tidak berlama-lama di sisinya dan bersegera meminta izin untuk
pulang.
9. Jika
memang memungkinkan, tidak mengapa baginya meminta kepada si sakit untuk
mendoakan si penjenguk dengan kebaikan karena ketika sakit merupakan salah satu
keadaan terkabulkannya doa.
10. Jika
ternyata si sakit berada di tempat pengobatan umum, seperti rumah sakit dan
semisalnya maka hendaknya memperhatikan kerapian diri serta memperhatikan tata
tertib dan keadaan tempat tersebut. Seperti berpakaian yang rapi dan sopan,
melihat jadwal waktu-waktu dibolehkannya berkunjung, tidak mengganggu si sakit
dan pasien yang lain semisal merokok, berkata kotor dan tidak sopan, gaduh dan
yang lainnya.
Demikian pula, dan ini yang termasuk
penting, hendaknya ketika sedang menjenguk untuk banyak bersyukur kepada Allah l
yang terus senantiasa memberikan nikmat kesehatan kepada dirinya.
Karena biasanya seseorang itu baru
menyadari akan besarnya nikmat Allah l setelah melihat orang
lain yang kehilangan atau tidak diberikan nikmat tersebut atau setelah dirinya
sendiri kehilangan nikmat tersebut.
Allahu
a’lam bish shawab, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar