4


 
ADAB KETIKA SAKIT

Para pembaca rahimakumullah, dunia merupakan kehidupan yang penuh dengan ujian. Beragam ujian akan dirasakan oleh setiap insan, baik berupa kesenangan ataupun kesedihan.
         Allah l menegaskan dalam firmanNya; ”Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.”
(al Anbiya: 35)
         Semua itu Allah l takdirkan dalam rangka untuk mengetahui siapa diantara hamba-hambaNya yang jujur dalam keimanannya.Siapa pula diantara mereka yang bersabar, bersyukur dan terbaik amalannya.

SAKIT BAGIAN DARI UJIAN
         Para pembaca rahimakumullah, sakit merupakan salah satu ujian dari jenis kesedihan dan kesusahan.Seseorang yang sakit telah dicabut darinya sebuah nikmat yang besar yaitu nikmat kesehatan.Dia baru menyadari nikmatnya sehat ketika rasa sakit telah menghinggapi dirinya. Demikianlah keadaaan mayoritas kita, tidak menyadari betapa penting dan besarnya nikmat  kesehatan, kebanyakan justru melalaikannya, padahal Rasulullah ` telah mengingatkan:
         ”Ada dua nikmat yang kebanyakan orang lalai darinya, yaitu nikmat kesehatan dan waktu luang.”(HR. Al-Bukhari)
         Namun ketahuilah bahwa sakit yang menimpa seseorang bisa berbuah kebaikan dan bisa berbuah kejelekan. Baginda Nabi  ` bersabda :
         ”Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian. Sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum pasti akan menguji mereka. Barangsiapa ridha dengan ujian tersebut maka baginya keridhaanNya. Namun barangsiapa yang murka, maka baginya  kemurkaanNya pula."
(HR.At Tirmidzi dan Ibn Majah).

ADAB-ADAB KETIKA SAKIT
         Para pembaca rahimakumullah, agama Islam merupakan agama yang penuh dengan hikmah. Berbagai cara dan jalan agar seorang hamba senantiasa menggali pahala telah dijelaskan dalam syariat ini, kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun keadaan hamba.
         Demikian pula ketika seseorang sedang mengalami sakit, maka syariat yang sempurna ini telah memberikan rambu-rambu dan adab-adab untuknya agar tetap bisa menghambakan dirinya kepada sang Khalik.
Diantara  adab-adab tersebut adalah:
       1.   Hendaknya ridha dan bersabar atas sakit yang dideritanya, semua itu tidak lain merupakan ketentuan dan takdir yang telah ditetapkan Allah l baginya. 
       Rasulullah ` bersabda; “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin.Sesungguhnya semua keadaannya baik baginya, dan tidaklah keadaan ini dimiliki kecuali oleh seorang mukmin.Apabila kesenangan dia dapatkan, dia bersyukur, maka hal itu kebaikan baginya.Apabila kesusahan menimpanya, dia bersabar, maka hal itu juga kebaikan baginya.”
(HR. Muslim)
       Beliau ` juga bersabda, Allah l berfirman dalam hadist Qudsi “Aku sesuai dengan sangkaan hambaKu terhadapKu.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
       Maka hendaknya dia senantiasa berbaik sangka kepada Allah l dengan mengharap rahmat dan ampunan atas dosa-dosanya.
       2.  Wajib baginya untuk tetap melaksanakan hal-hal yang diwajibkanAllah l atasnya, seperti kewajiban shalat 5 waktu dan yang lainnya. Jangan menganggap bahwa sakitnya merupakan suatu uzur (halangan) baginya untuk meninggalkan shalat.Shalat tetap wajib dilaksanakan sesuai dengan kemampuannya.
       Suatu hari sahabat Imran bin Husain a bertanya kepada Rasulullah ` tentang tata cara shalat baginya yang ketika itu dia sedang menderita sakit ambeien.
       Maka beliau ` bersabda; “Shalatlah dengan cara berdiri. Jika tidak mampu maka duduklah.Jika tidak mampu pula maka berbaringlah di atas rusuk (miring).Jika tetap tidak mampu maka telentanglah."(HR. al Bukhari dan an Nasai).
       3.  Memperbanyak dzikir dan doa kepada Allah l serta tidak berputus asa dari rahmatNya, karena sesungguhnya segala penyakit itu ada obatnya, kecuali tua dan kematian.
       Rasulullah `  bersabda; “Sesungguhnya doa itu bermanfaat untuk mengatasi apa yang telah menimpa dan yang belum menimpa. Maka berdoalah wahai hamba-hamba Allah."(HR. at Tirmidzi).
       4.  Menumbuhkan rasa takut akan azab Allah l dan harapan untuk mendapatkan rahmatNya. Sahabat Anas bin Malik a bercerita; “Suatu hari nabi menemui seorang pemuda yang sedang menghadapi kematian. Beliau berkata;                                        “Bagaimana keadaanmu?
       Dia menjawab; “Demi Allah ya Rasulullah sungguh aku berharap (rahmat) Allah dan aku takut akan dosa-dosaku.” Maka kemudian Rasulullah ` bersabda;
       “Tidaklah dua sifat ini berada pada hati seorang hamba ketika keadaannya seperti ini, melainkan Allah akan memberikan apa yang dia harapkan dan memberikan keamanan atas apa yang dia takutkan.”(HR. at Tirmidzi dan Ibn Majah)
       5.  Jika memang dibutuhkan untuk berobat maka berobatlah  dengan cara-cara yang syar’i. Jangan sampai melampaui batasan-batasan syariat dalam berobat, seperti mendatangi ‘orang pintar’, dukun dan semisalnya, mengkonsumsi makanan yang diharamkan. Rasulullah ` bersabda;
       “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun kemudian membenarkan berita yang dikatakannya maka dia telah kafir terhadap syari’at yang diturunkan kepada Muhammad."
(HR. Abu Daud, at Tirmidzi dan Ibn Majah dari sahabat Abu Hurairah a).
       Termasuk perkara yang penting untuk diperhatikan ketika dia sedang berobat, janganlah menyandarkan dan menggantungkan kesembuhannya kepada obat tersebut atau dokter yang memberikan terapi. Wajib baginya untuk bertawakal dan menyandarkan secara penuh kepada Allah l, karena Dialah  Dzat satu-satunya  yang mampu menyembuhkan. Allah l menyebutkan ucapan nabi Ibrahimp: 
”Dan apabila aku sakit maka Dialah yang menyembuhkanku.”(as Syu’ara : 80).
       6.  Tidak boleh baginya mengharapkan kematian walaupun sakitnya bertambah parah. Rasulullah ` bersabda;
       “Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya. Jika memang harus melakukannya, maka hendaknya dia berdoa:
“Ya Allah, hidupkanlah aku bila kehidupan itu lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku bila kematian itu lebih baik bagiku.”(Muttafaqun ‘alaih dari sahabat Anas bin Malik a)
       7.  Apabila ada hak orang lain yang belum dia penuhi maka hendaklah segera diselesaikan jika dia mampu. Jika tidak mampu, hendaknya mewasiatkannya kepada keluarganya untuk menyelesaikannya.
       Rasulullah `bersabda ;“Barangsiapa berbuat kezaliman terhadap saudaranya, baik pada harga dirinya atau hartanya, hendaknya diselesaikan sebelum datangnya hari kiamat yang tidak berguna dinar maupun dirham. Apabila dia memiliki amal shalih, akan diambil darinya sesuai kadar kezalimannya lalu diberikan kepada yang dizaliminya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan-kebaikan, akan diambil dari kejelekan orang yang dizalimi lalu dipikulkan kepadanya.” (HR. al Bukhari dari sahabat Abu Hurairah t)
       8.  Berwasiat kepada keluarga agar jika ajal menjemputnya untuk melakukan prosesi pengurusan jenazahnya sesuai dengan prosesi yang telah diajarkan Rasulullah `.
       Dahulu para sahabat sangat menekankan kepada keluarganya untuk mengurus jenazahnya sesuai dengan petunjuk Nabi `. Adalah Saad bin Abi Waqqas  a ketika menjelang wafatnya berwasiat kepada putranya;
       “Buatlah liang lahat untukku, dan tegakkanlah atasku bata sebagaimana dilakukan demikian kepada Rasulullah`.” (HR. Muslim).
       Demikian pula sahabat Abu Musa  a berkata saat dirasa ajal mendekat padanya;
       “Apabila kalian berangkat membawa jenazahku maka cepatlah dalam berjalan. Jangan mengikutkan (jenazahku) dengan bara api. Sungguh jangan kalian membuat sesuatu yang akan menghalangiku dengan tanah. Janganlah membuat bangunan di atas kuburku. Aku mempersaksikan kepada kalian  bahwa aku berlepas diri dari al-haliqah (wanita yang mencukur gundul rambutnya karena tertimpa musibah), as-saliqah (wanita yang menjerit karena tertimpa musibah), dan al-khariqah (wanita yang merobek-robek pakaiannya karena tertimpa musibah).” Mereka bertanya:   
       “Apakah engkau mendengar dari Nabi ` tentang hal itu?” Dia menjawab: “Ya, dari Rasulullah `.”(HR. Ahmad dan yang lainnya).

NASEHAT BAGI KELUARGA SI SAKIT
         Para pembaca rahimakumullah, tentu suatu kesedihan bagi keluarga atau kerabat yang mendapati salah satu anggota keluarganya sakit atau tertimpa musibah.Ini adalah suatu hal yang lumrah.Namun meskipun sedang bersedih, hendaknya tetap menjaga batasan-batasan syariat sehingga kesedihannya tidak berbuah kejelekan, dan inilah yang seharusnya kita lakukan.
         Maka disini ada beberapa nasehat yang ingin kami sampaikan kepada keluarga dan kerabat si sakit, diantaranya:
        1.  Meyakini bahwa apa yang menimpa salah satu anggota keluarganya merupakan takdir yang telah ditentukan dan dikehendaki oleh Allah l. Allah l berfirman;
"Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."(QS. at Taghabun : 11)
        Demikian pula jangan iringi kesedihan tersebut dengan penyesalan dengan mengucapkan “Duhai seandainya aku melakukan ini dan itu, tentunya dia tidak akan sakit seperti ini” atau ucapan semisalnya, karena yang demikian ini dilarang oleh Rasulullah `.
        Beliau ` bersabda; “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah ketimbang mukmin yang lemah.Namun pada masing-masingnya ada kebaikan.Bersemangatlah engkau terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mintalah tolong kepada Allah serta janganlah lemah. Jika suatu musibah menimpamu maka janganlah engkau berucap "Duhai seandainya aku melakukan ini dan itu" akan tetapi katakanlah :
Semua ini telah ditakdirkan Allah dan apa yang Dia kehendaki niscaya akan dilakukan, karena berandai-andai akan membuka pintu setan." (HR. Muslim).
        2. Ketahuilah bahwa musibah dan cobaan yang sedang dirasakan sangatlah ringan jika dibandingkan dengan ujian yang dirasakan orang-orang sebelum kita, dan semua itu merupakan tanda bahwa Allah l menginginkan kebaikan pada kita.
        Rasulullah ` pernah ditanya siapa orang yang paling berat cobaannya, beliau bersabda, "Para Nabi kemudian yang semisal dengan mereka kemudian yang semisal. Seseorang akan diuji sesuai dengan keimanannya, kalau imannya kuat maka akan semakin berat ujiannya, dan kalau imannya lemah maka dia akan diuji sesuai dengan kadar keimanannya tersebut. Ujian akan senantiasa menimpa seorang hamba hingga tidak punya dosa lagi di dunia ini."(HR. at Tirmidzi dan Ibn Majah dari sahabat Abu Mush’ab t).
        Nabi ` bersabda; “Barangsiapa yang Allah l kehendaki kebaikan, maka Allah timpakan musibah kepadanya.“
(HR. al Bukhari).
        3. Bersabar dan berharap pahala serta yakinlah bahwa semua kesusahan akan ada jalan keluarnya.
        Rasulullah `  bersabda;
        “Sesungguhnya pertolongan datang bersama kesabaran, jalan keluar bersama kesempitan, kesusahan akan berakhir dengan kemudahan.”
(HR. al Khatib dan ad Dailami).
        4.  Bantu dan ingatkan si sakit untuk tetap bersabar, berdoa, bertawakal dan tetap mengerjakan ibadah-ibadah terkhusus yang wajib seperti  berthaharah (bersuci), shalat dan yang lainnya.
        5.  Jika Allah l takdirkan untuk memanggil si sakit (wafat) maka bersabar, berdoa dan berharaplah pahala.
Rasulullah ` bersabda;
        ”Tidak ada seorang hamba pun yang apabila ditimpa musibah kemudian dia mengucapkan;
        "Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya, ya Allah berikanlah pahala bagiku karena musibah ini dan gantilah untukku dengan yang lebih baik, niscaya Allah akan memberikan pahala karena musibah tersebut  dan menggantinya dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim).
        Rasulullah ` bersabda; ”Tidak ada balasan bagi seorang mukmin di sisiKu apabila Aku mengambil orang yang disayanginya di dunia ini kemudian dia berharap pahala dariKu melainkan surga.” (HR. al Bukhari).
        Apabila yang meninggal adalah anak kecil, maka ingatlah sabda baginda Rasul ` berikut;
        “Tidak satu pun diantara kalian yang ditinggal (wafat) oleh tiga orang anaknya kemudian dia berharap pahala melainkan dia akan masuk surga.” Lalu ada yang bertanya; “ atau dua orang ya Rasulullah?” Beliau ` menjawab; “ atau dua orang.“ (HR. Muslim)
        Sabda Beliau `  yang lain;
        “Demi jiwaku yang berada di tanganNya, sesungguhnya seorang anak yang meninggal karena keguguran akan menarik ibunya dengan tali pusarnya ke dalam surga apabila ibu tadi berharap pahala (dengan musibah tersebut).”
(HR. Ibn Majah).
        Demikian pula jangan lupa untuk menunaikan wasiat yang diwasiatkan oleh si sakit sebelum meninggal selama wasiat tersebut mengandung kebaikan.
        6. Hendaknya senantiasa menjadikan sunnah Nabi ` sebagai bimbingan ketika sedang melayani si sakit, baik ketika sedang berada di sisi si sakit, ketika sedang sakaratul maut, ketika hendak dikuburkan dan bahkan setelah dikuburkan serta hari-hari berikutnya.
        7. Terkhusus ketika si sakit mengalami sakaratul maut maka bagi yang ada di sisinya hendaknya menalqinkan/memerintahkannya untuk mengucapkan LA ILAHA ILLALLAH.
        Berdasarkan sabda Rasulullah `, talqinkanlah kepada orang yang menjelang kematiannya kalimat LA ILAHA ILLALLAH. Barangsiapa yang akhir ucapannya, LA ILAHA ILLALLAH, maka dia akan masuk surga...( HR. Muslim )
        Menalqin tidak cukup dengan memperdengarkannya tapi dengan memerintahkan untuk mengucapkannya.
Allahu a’lam bish shawab.
 
ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT
        Para pembaca rahimakumullah, Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur dan memberikan bimbingan dalam masalah menjenguk orang sakit. Bahkan permasalahan ini dijadikan sebagai salah satu hak seorang muslim atas muslim lainnya, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist-hadist Nabi `.
        Karena tentunya suatu kebahagiaan tersendiri bagi orang yang sedang sakit jika ada saudara atau kerabat yang menjenguknya, sehingga akan semakin erat dan kuatlah tali persaudaraan antar mereka.

KEUTAMAAN MENJENGUK ORANG SAKIT
        Rasulullah ` telah menyebutkan beberapa keutamaan menjenguk orang yang sakit. Diantaranya adalah;
       1.   Sabda beliau `, ”Sesungguhnya seorang muslim jika menjenguk muslim yang lain maka dia senantiasa berada di khurfatul jannah sampai dia pulang. Lalu ditanyakan kepada beliau.“ Wahai Rasulullah apa khurfatul jannah itu?
       Beliau bersabda, “Memetik buah-buahan di surga.”(HR. Muslim)
       2.   Sabda Beliau `, “Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim yang lain pada pagi hari melainkan 70.000  malaikat akan bershalawat (memohonkan ampunan) baginya sampai sore hari. Jika menjenguk pada sore hari maka 70.000 malaikat akan bershalawat baginya sampai pagi hari. Dia pun berhak untuk memiliki buah-buahan yang dipetik di surga.”(HR. at Tirmidzi).

BEBERAPA ADAB KETIKA MENJENGUK ORANG SAKIT
        Ada beberapa adab dan bimbingan yang penting untuk diperhatikan bagi orang yang hendak menjenguk orang yang sedang sakit. Diantaranya adalah:
       1.    Hendaknya dia niatkan amalan tersebut ikhlash karena Allah l dan dalam rangka mencontoh Nabi ` bukan untuk suatu tujuan dari tujuan-tujuan dunia.
       2.   Bermaksud dalam menjenguknya untuk memberikan kebaikan dan kebahagiaan kepada orang yang sedang sakit, karena sesungguhnya orang yang sakit akan merasa senang dan bahagia jika dijenguk.
       3.   Alangkah baiknya menggunakan kesempatan menjenguk tersebut untuk memberikan wejangan kepada si sakit tentang hal-hal yang bermanfaat, seperti mengingatkan untuk bersabar, bertaubat dan beristighfar serta menyelesaikan hak-hak orang yang belum dia penuhi. Jangan memberitakan atau menyampaikan berita-berita atau yang lainnya dari hal-hal yang dapat menambah beban si sakit.
       4.   Jangan lupa mendoakannya, diantara doa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah ` adalah:



Tidak mengapa, baik Insya Allah (HR. al Bukhari : 3616)
       Juga Beliau ` bersabda, “Barangsipa menjenguk orang sakit yang belum tiba ajalnya, tidaklah dia berdoa dengan doa ini 7 kali



“Aku memohon kepada Allah Dzat Yang Maha Agung Rabb (Pencipta dan Pengatur) ‘Asy yang agung untuk menyembuhkanmu.” Kecuali Allah akan menyembuhkan si sakit dari penyakitnya (HR. Abu Dawud)
       5.   Tidak mengapa untuk membawa sesuatu untuk dihadiahkan kepada si sakit, karena dengan hadiah akan tumbuh dan bertambah eratlah tali persaudaraan dan kasih sayang.
       Rasulullah `bersabda :“Saling memberikan hadiahlah diantara kalian maka pasti kalian akan saling mencintai.”(HR. al Bukhari dalam Adabul Mufrad).
       6.   Sebaiknya tidak berkunjung atau menjenguk di waktu-waktu yang justru mengganggu si sakit, seperti waktu-waktu tidur atau istirahat.
       7.   Hendaknya mengajarkan hal-hal yang belum diketahui oleh orang yang sakit, seperti tata cata bersuci dan shalat bagi yang sedang sakit dan yang lainnya. Namun tentunya jika si penjenguk memiliki ilmu tentang hal tersebut.Jika tidak maka hendaknya bertanya kepada yang mengetahuinya.
       8.   Lihatlah bagaimana keadaan si sakit. Jika si sakit merasa senang  bila dia berlama-lama di sisinya maka hendaknya tidak segera pulang demi memberikan kebahagiaan kepada si sakit. Namun jika sebaliknya, si sakit merasa gelisah dan susah dengan keberadaan dia maka hendaknya tidak berlama-lama di sisinya dan bersegera meminta izin untuk pulang. 
       9.   Jika memang memungkinkan, tidak mengapa baginya meminta kepada si sakit untuk mendoakan si penjenguk dengan kebaikan karena ketika sakit merupakan salah satu keadaan terkabulkannya doa.
       10. Jika ternyata si sakit berada di tempat pengobatan umum, seperti rumah sakit dan semisalnya maka hendaknya memperhatikan kerapian diri serta memperhatikan tata tertib dan keadaan tempat tersebut.       Seperti berpakaian yang rapi dan sopan, melihat jadwal waktu-waktu dibolehkannya berkunjung, tidak mengganggu si sakit dan pasien yang lain semisal merokok, berkata kotor dan tidak sopan, gaduh dan yang lainnya.
       Demikian pula, dan ini yang termasuk penting, hendaknya ketika sedang menjenguk untuk banyak bersyukur kepada Allah l yang terus senantiasa memberikan nikmat kesehatan kepada dirinya.
      Karena biasanya seseorang itu baru menyadari akan besarnya nikmat Allah l setelah melihat orang lain yang kehilangan atau tidak diberikan nikmat tersebut atau setelah dirinya sendiri kehilangan nikmat tersebut.
                Allahu a’lam bish shawab, semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar